Saturday, October 18, 2008

MENYIKAPI GLOBAL KRISIS...

Beberapa hari yang lalu saya dapat kiriman email dari seseorang yang belum saya kenal, tapi setelah dibaca cukup bermanfaat juga buat saya menambah wawsan. Saya angkat lagi di blog ini mudah-mudahan ada manfaatnya juga bagi yang lain..

Selamat pagi rekan eksekutif…Krisis ekonomi global sudah terjadi. Kepanikan, kemarahan, keputusasaan merebak pada banyak orang. Terlebih, bagi mereka yang menjadi korban langsung. Namun, tetap ada diktum lama yang bisa dipegang, yaitu sedapat mungkin ’jangan panik dan tetap berpikir jernih’. Selamat membaca...

MA 142: SETIA PADA PERUSAHAAN DAN KRISIS KEUANGAN GLOBAL
(16-10-2008)

Beberapa saat setelah kejatuhan Lehman Brothers, beredar email dari seseorang, yang berapi-api menuliskan bahwa dengan kejatuhan Lehman Brothers, yang lalu berlanjut dengan krisis keuangan global, maka tidak ada lagi pekerjaan yang aman di dunia ini. Jika ada ‘apa-apa’ dengan perusahaan, maka karyawan sebagai pihak pertamalah yang akan dipecat, dikeluarkan, di PHK terlebih dahulu. Dan yang menariknya, dia sampai menulis bahwa tidak ada lagi yang namanya SETIA PADA PERUSAHAAN. Itu semua bullshit, katanya.
Okey…saya mencoba memahami bahwa ksisis membawa kemarahan, kekecewaan, keputusasaan bagi banyak orang. Termasuk saya sendiri yang sekarang investasi sahamnya terkena kerugian. Tetapi tetap, ada diktum yang abadi dan harus dipakai, yaitu: Tetaplah berpikir jernih dan usahakan jangan panik! Sebab, berpikir tidak jernih dan panik akan membuat masalah semakin runyam, buruk dan semakin sulit diatasi.
Saya akan khusus membahas mengenai ’SETIA PADA PERUSAHAAN’ apakah memang teori bullshit belaka. Suatu hal yang jelas, krisis ekonomi ini berawal dari masalah PERILAKU/SIKAP MENTAL. Baik perilaku warga, perilaku eksekutif, perilaku bank, perilaku pemerintah, perilaku warga super kaya yang: Serakah, mengabaikan kaidah ’kehati-hatian’, mengabaikan rambu-rambu keuangan yang kuat, sistem gaji/bonus yang menyimpang dari kaidah, kongkalikong dalam permainan di pasar modal, dan masih ada beberapa lainnya.
Kini kita lihat definisi mengenai setia pada pada perusahaan, yaitu: MENEMPATKAN KEPENTINGAN PERUSAHAAN DI ATAS KEPENTINGAN PRIBADI (F.X. Oerip S. Poerwpoespito dan T.A. Tatag Utomo, 2000). Jika anda berada dalam atmosfir partai, definisi tinggal diubah sedikit menjadi: MENEMPATKAN KEPENTINGAN PARTAI DI ATAS KEPENTINGAN PRIBADI. Jika sedang berada di keluarga, definisi menjadi: MENEMPATKAN KEPENTINGAN KELUARGA DI ATAS KEPENTINGAN PRIBADI Jadi, definisi ini universal, kuat dan dapat dipakai sesuai situasi kondisi dimana kita sedang ’exist’. Dan, konsep setia ini tidak memasukkan unsur waktu. Karena memang belum tentu karyawan yang lama berada di sebuah perusahaan itu setia. Tetapi jika memang konsep menempatkan kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi bisa ditambah dengan unsur lamanya waktu, itu lebih baik lagi.
Dan sikap setia pada perusahaan memang tetap sungguh diperlukan. Bayangkan jika para karyawan nanti menjadi bos atau owner sebuah perusahaan, mereka sendiri pasti ingin agar para karyawannya punya konsep setia pada perusahaan. Apa jadinya jika karyawan tidak punya sikap setia pada perusahaa? Mudah saja...yang terjadi adalah sikap antagonisnya, yakni mementingkan diri sendiri. DAN INILAH YANG TERJADI SEKARANG, SEBAGAI PENYEBAB KRISIS. Lihatlah Richard Fuld sang Bos dari Lehman Brothers yang ternyata mementingkan diri sendiri ketimbang memikirkan kepentingan perusahaannya yang sudah berusia lebih dari 150 tahun itu. Fuld dinilai terlalu percaya diri, sombong, mengabaikan peringatan dini analis keuangan, membiarkan pemolesan surat utang beresiko untuk sup prime mortgage senilai 60 miliar US $. Dia juga terus mengejar target tanpa mempedulikan proses yang baik, dan para pemegang saham Lehman Brothers menudingnya berbohong soal kinerja keuangan perusahaan yang terlihat baik dengan naiknya harga saham, padahal tipuan semata karena keadaan riilnya rusak.
Lihatlah tulisan di koran yang mengabarkan Bos AIG menggunakan uang dana (85 miliar US$) talangan pemerintah AS untuk berfoya-foya di klub mewah di St Regis di selatan Los Angeles. Mereka menghabiskan Rp. 4,23 miliar untuk kongkow sembari menikmati spa, berpesta dan bermain golf, sehari setelah menerima dana talangan yang nota bene adalah uang rakyat AS itu!
Iya, tapi kalau perusahaan mengalami kesulitan, karyawan yang pada akhirnya di-PHK...Itu sudah rumus. Siapa sih owner yang senang dengan langkah itu? Dan para karyawan yang pernah di PHK (termasuk saya yang di PHK tahun 1997) jika mempunyai perusahaan sendiri dan kesulitan berat, pada akhirnya memang akan mem-PHK karyawan. Tinggal bagaimana proses PHK itu berlangsung dengan hati-hati, tidak arogan, mengikuti langkah manajemen yang baik dan sesuai dengan etika. Dalam keluargapun, jika kondisi ekonomi mengarah pada kesulitan berat, dan dihadapkan pada pilihan: Mengurangi makan/gizi anak-anak, atau menunda dulu pendidikan? Dengan segala keterpaksaan, mungkin yang lebih dipilih adalah: Menunda pendidikan anak dulu. Mengapa? Kalau pendidikan terus diupayakan tetapi gizi yang dikorbankan turun jauh, maka dalam jangka panjang justru anak akan hancur. Karena, otak anak tidak akan berkembang baik. Pendidikan bisa ditunda...tetapi pemberian nutrisi penting untuk otak anak ada batasan waktunya. Jika sampai usia 12 tahun anak tidak mendapatkan gizi baik, maka otak anak tidak akan berkembang sempurna lagi. Biarpun setelah umur 12 tahun itu, gizi anak di geber kuat, otaknya tetap sudah tidak sempurna lagi, karena proses pertumbuhan perkebangannya sudah lewat.
So...rekan eksekutif sekalian. Sekarang kita bisa menggunakan kata bullshit tadi menjadi: Menjalankan perusahaan tanpa perilaku positif dan mengharap perusahaan akan bertahan dalam jangka panjang adalah bullshit! Sehebat apapun perusahaan kita, sebesar apapun kapital dan aset yang dimilki, akan runtuh, jika individu (terlebih lagi pimpinan) didalamnya berperilaku atau bersikap mental negatif!
Problemnya sekarang, apakah kita mau menempatkan masalah perilaku-sikap mental sebagai yang utama dan terutama dalam menjalankan bisnis, dan bukan menempatkan kemampuan teknis, pengetahuan, sistem, aset dan modal sebagai yang utama...

Program KPPSM dalam waktu dekat:
-Pelatihan Pengembangan Sikap Mental yang Kokoh di PT Dipo Star Finance, tanggal 18 & 25 Oktober 2008 di Semarang dan Surabaya

Selamat menjalankan perusahan dengan perilaku positif...and God Bless U All

Drg. T.A. Tatag Utomo, MM., ASMDirektur Pendidikan KPPSM F.X. Oerip S. PoerwopoespitoCibubur Indah III Blok F 7 Jaktim 13720T: (021) 8716968, (021) 8721933, F: (021) 8719981, (021) 8721933email: tatag@kppsm.com, website: http://www.kppsm.com/blog: Indonesiacharacter@multiply.com

No comments:

Blog Archive